Guinea disebut pernah menjadi negara yang menyimpan tragedi kelam di dunia sepak bola.

Sebab, negara yang bakal bertanding melawan Timnas Indonesia U-23 di ajang playoff untuk kualifikasi Olimpiade 2024 itu mempunyai sejarah pembantaian yang terjadi di sebuah stadion pada 2009.

Lihat Juga : Makin Panas, Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir Dekat Ukraina

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pandangan internasional pun seketika tertuju ke pemerintah Guinea yang menyatakan sebagai aksi pembantaian terhadap kemanusiaan.

Awal mula kejadian

Tragedi kelam tersebut terjadi pada 28 September 2009 saat ribuan demonstran memenuhi sebuah stadion di ibu kota Conakry. Mereka berbondong-bondong ingin menentang pencalonan presiden Kapten Moussa Dadis Camara.

Camara merupakan seorang pemimpin Guinea dari junta militer angkatan darat yang melakukan kudeta atas pemerintahan sebelumnya.

Ia menyerukan bahwa kudeta tersebut diperlukan guna menyelamatkan krisis yang sedang terjadi di Guinea usai presiden sebelumnya, Lansana Counte dikabarkan tewas.

Lihat Juga : 200 Pengacara Bikin Petisi ke ICC Desak Segera Tangkap Netanyahu Cs

Kasus yang baru mendapat angin segar

Peristiwa yang melibatkan junta militer Guinea dengan korban kerap mengalami gangguan dari berbagai pihak. Sebab, hal itu menjadi salah satu noda buruk sepanjang sejarah Guinea.

Namun, pada 2023 lalu kasus tersebut mendapat secercah harapan saat ICC memutuskan untuk mengirim utusan guna menyelidiki kasus lebih lanjut.

Sebanyak 50 penyintas dari peristiwa kelam tersebut akhirnya mendapat angin segar dari mahkamah internasional yang selama ini mencari keadilan.

Pihak ICC menganggap hal ini sebagai suatu solusi dari para korban yang selama ini mencari keadilan atas kasus tersebut.

Lihat Juga : Perdana Sejak Agresi ke Gaza, AS Setop Kirim Senjata ke Israel

"Saya sangat menghargai pertukaran yang erat dan merendahkan hati dengan para korban. Hal ini membawa kembali fokus tajam pada kerugian manusia akibat kejahatan kekejaman. Penderitaan fisik dan mental para korban masih terus berlanjut hingga saat ini. Memberikan keadilan kepada perempuan dan laki-laki, dan membuat mereka merasa aman kembali adalah standar minimum yang harus kita junjung," ujar Wakil Jaksa Niang seperti dikutip dari situs resmi ICC.

Hingga kini, kasus tersebut masih mendapatkan peninjauan dan penyelidikan lebih lanjut. Beberapa nama seperti sekutu dari Camara turut dipanggil guna dimintai keterangan terhadap kejadian kelam tersebut.

Nama dari stadion tersebut juga diambil dari tanggal peristiwa peristiwa tragis tersebut terjadi, yaini bernama 'Stade du 28 Septembre'.