claim bonus ondel4d

nomor togel tokek - Alberto Fujimori, Anak Imigran Jepang Pimpin Peru dengan Tangan Besi

2024-10-08 06:04:41

nomor togel tokek,qqemas rtp,nomor togel tokekJakarta, CNN Indonesia--

Eks Presiden PeruAlberto Fujimori meninggal dunia di usia 86 tahun pada Rabu (12/9) karena mengidap kanker.

Anak mantan presiden tersebut, Keiko Fujimori, mengonfirmasi berita duka itu melalui media social X.

Lihat Juga :
Mantan Presiden Peru Alberto Fujimori Meninggal Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapakah Fujimori?

Fujimori memimpin Peru selama satu dekade mulai 1990 hingga 2000.

Eks presiden itu lahir dari pasangan imigran Jepang. Dia sempat mengenyam pendidikan di universitas pertanian di Ibu Kota Peru, Lima. Fujimori lalu melanjutkan studi pasca sarjana ke Amerika Serikat dan Prancis.

Saat kembali ke Peru, dia menjadi pembawa acara di televisi yang fokus ke isu lingkungan.

Kemudian pada 1989, Fujimori mencalonkan diri menjadi presiden dan menjadi pemimpin partai baru Cambio 90 yang artinya Perubahan.

Di kontestasi tersebut, dia berhasil mengalahkan pemenang Nobel sastra Mario Vargas Llosa. Kemenangan itu mengantar dia menjadi politikus keturunan Asia yang memimpin negara non-Asia.

Lihat Juga :
Diduga Terafiliasi Hamas, Jerman Larang Pusat Studi Islam

Bagi sebagian warga Peru, kemenangan Fujimori di dalam negeri telah mengubah: dari orang luar politik menjadi orang kuat yang dibutuhkan negara.

Fujimori mewarisi negara yang sedang krisis ekonomi. Namun, saat menjabat dia berusaha menerapkan kebijakan ketat yang disebut "Fujishock" dan berhasil mengendalikan hiperinflasi, demikian dikutip CNN.

Dia juga menyaksikan kekalahan kelompok pemberontak di Amerika Latin, Shining Path.

Namun, mantan presiden tersebut memiliki sifat otoriter, menggunakan pasukan keamanan untuk menekan lawan. Tak lama kemudian, penyalahgunaan kekuasaan dan tuduhan korupsi muncul dan membayangi prestasi dia

Pada awal 90-an, istri Fujimori saat itu, Susana Higuchi, secara terbuka mengecam dia sebagai koruptor dan mengklaim keluarganya telah menjual pakaian secara ilegal yang disumbangkan ke Jepang.

Setelah pasangan itu bercerai, Fujimori mengangkat anak pertama mereka, Keiko, sebagai ibu negara Peru menjelang masa jabatan kedua.

Pada 2000, Fujimori mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pencalonan ini memicu kritik lantaran dianggap menyalahi konstitusi.

Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALMisa Paus Fransiskus di Singapura sampai Hamas Siap Gencatan Senjata

Namun, dia menang. Pihak oposisi lantas menuding Fujimori melakukan kecurangan dalam pemilu.

Di akhir tahun 2000, pemerintahan Fujimori runtuh secara drastis. Salah satu pemicunya video kepala intelijen Peru Vladimiro Montesinos yang berisi tindakan penyuapan dia ke anggota kongres oposisi bocor ke publik.

Skandal tersebut dengan cepat meluas dan memicu kemarahan publik. Fujimori membantah terlibat dan melakukan suap.

Pada November di tahun tersebut, Fujimori mencoba mengajukan pengunduran diri dengan mengirim faks ke rumah. Saat itu, dia berada di Jepang.



Beberapa hari kemudian, Kongres Peru memecat dan menyebut Fujimori tak layak secara moral untuk memimpin.

Selama beberapa tahun dia tinggal di Jepang. Suatu waktu Fujimori ke Chili dan langsung ditangkap kemudian diekstradisi ke Peru.

Dia menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan sederet kasus lain.

Pertempuran hukum

Fujimori bolak-balik ke penjara selama berapa tahun setelah dihukum dalam empat kasus pidana yang berbeda.

Pada 2009, pengadilan khusus Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman 25 tahun penjara karena Fujimori mengizinkan operasi pasukan yang bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil.

Pilihan Redaksi
  • Siapa Pemenang Debat Capres AS Kamala Harris vs Donald Trump?
  • Hamas Siap Gencatan Senjata dengan Israel Tanpa Minta Syarat Baru
  • Palestina Diberi Kursi Setara Anggota PBB saat Sidang Majelis Umum

Dalam persidangan terpisah, mantan presiden itu juga dinyatakan bersalah karena membobol rumah Montesinos untuk mencuri video yang memberatkan, mengambil uang dari kas pemerintah untuk membayar kepala mata-mata, dan mengizinkan penyadapan ilegal serta menyuap anggota parlemen dan jurnalis.

Lalu pada 2017, dia menerima pengampunan medis atas pelanggaran hak asasi manusia dari Presiden Peru saat itu, Pedro Pablo Kuczynski. Amnesti ini muncul karena Fujimori menderita sakit parah.

Namun pengampunan tersebut memicu protes keras dan menuai kritik luas dari organisasi hak asasi manusia hingga anggota parlemen.

Pada Januari 2019, akhirnya amnesti untuk Fujimori dibatalkan dan ia dikembalikan ke penjara.

Secara terpisah pada 2018, pengadilan Peru memutuskan Fujimori bisa diadili karena diduga mengizinkan penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan enam orang pada 1992 di kota Pativilca.

Meskipun divonis bersalah berulang kali, Fujimori tetap teguh pada pendirian.

Dia dengan tegas menyatakan tindakan apa pun yang diambil adalah demi kebaikan negara. Fujimori mempertahankan pendirian itu hingga akhir hayat.

(isa/rds)