claim bonus ondel4d

kokitoto login - Bisakah Mimpi RI Rajai Industri Kendaraan Listrik Dunia Terwujud?

2024-10-08 04:11:05

kokitoto login,agb999,kokitoto loginJakarta, CNN Indonesia--

Indonesiamemiliki mimpi besar; menjadi raja di industri kendaraan listrikalias electric vehicle(EV) global.

Beragam cara pun ditempuh pemerintah untuk mewujudkan mimpi itu. Salah satunya, menarik investor membangun ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir di Tanah Air.

Mereka gencar menarik investor supaya hal itu bisa terwujud. Tak heran, visi hilirisasi nikel yang berupa salah satu bahan baterai EV selalu digembar-gemborkan penguasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Joko Widodo (Jokowi) getol mengklaim hilirisasi ini demi meningkatkan nilai tambah untuk Indonesia. Kali ini, Jokowi pun tampak berbangga diri.

Maklum, ia baru saja meresmikan ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7).

Pabrik baterai kendaraan listrik ini dibangun oleh PT Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), yang merupakan perusahaan joint ventureantara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC).

Orang nomor satu di Indonesia itu mengklaim pabrik baterai listrik ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan menjadi tonggak komitmen Indonesia untuk menjadi pemain global di ekosistem baterai sel serta kendaraan listrik.

Ia pun yakin Indonesia bisa bersaing dengan negara manapun karena memiliki nikel, bauksit, tembaga, dan smelter. Dengan kelebihan ini, Jokowi yakin tidak ada yg bisa menghalangi RI untuk maju.

Lihat Juga :
Anak Pendiri Astra Gugat Waskita dan Kedubes India di Jakarta Rp3 T

"Kemudian masuk ke EV baterai, kemudian pabrik mobilnya ada di sini, terintegrasi dalam sebuah ekosistem untuk mobil listrik. Siapa yang bisa menghadang kita kalau kondisinya sangat kompetitif seperti itu," katanya.

Pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik di Karawang ini sejatinya telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Investasi PT HLI Green Power merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dan Konsorsium Hyundai, LG, dan IBC pada 28 Juli 2021.

Groundbreakingpabrik ini dilakukan pada September 2021 lalu. Adapun proyek investasi ini merupakan salah satu bukti implementasi komitmen Jokowi dan Presiden Moon Jae-in pada pertemuan di Korea Selatan 2019 untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang ekonomi dan investasi.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yakin apabila semua tahapan dari mulai pertambangan, smelter, HPAL (High Pressure Acid Leach), prekursor, sel baterai, sampai dengan mobil semua sudah siap dilakukan, maka Indonesia menjadi salah satu negara pemain ekosistem baterai mobil listrik, khususnya yang berbahan baku nikel.

"Kami tanya di dunia sudah ada belum yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu, dari tambang sampai mobil. Ternyata belum ada, dan kita, Indonesia, yang pertama untuk melakukan hal ini," ungkap Bahlil.

Lihat Juga :
Kenapa Produk Impor China Bisa Murah?

Lantas, dengan berdirinya pabrik tersebut apakah Indonesia mampu merajai industri kendaraan listrik?

Analis Energy Shift Institute Putra Adhiguna menilai peresmian pabrik tersebut adalah langkah maju bagi Indonesia. Namun, untuk mencapai cita-cita menjadi pemimpin industri kendaraan listrik dunia, masih jauh.

"Menjadi 'raja kendaraan listrik dunia' hampir tidak mungkin terjadi karena meski mensuplai lebih dari separuh nikel dunia kita hanya punya 0,4 persen pabrik baterai dunia," jelas Putra kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/7).

Menurutnya, negara lain sudah berjalan jauh lebih cepat untuk pabrikan baterai. Sementara, RI utamanya selama ini baru membangun produk dasar smelter.

Di sisi lain, keberadaan pabrik dengan ekosistem hilirisasi nikel itu juga belum tentu dapat menguasai pasar dalam negeri. Apalagi, sebagian besar EV di Indonesia tidak menggunakan nikel.

Lihat Juga :
Alasan Anak Pendiri Astra Gugat Waskita dan Kedubes India Rp3 T

Lihat saja, mobil-mobil listrik merek China yang selama ini dijual di Indonesia; tidak ada satupun yang menggunakan baterai berbahan baku nikel. Berdasarkan spesifikasi di situs masing-masing, semua mobil listrik mulai dari Wuling sampai yang terbaru BYD, memakai LFP (Lithium Ferro-Phosphate/LifePO4).

Dua model Wuling, Air EV dan Binguo EV, menggunakan baterai LFP. Keduanya adalah mobil listrik yang mendapatkan subsidi diskon PPN dari pemerintah lantaran diproduksi di dalam negeri dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) lebih dari 40 persen.

Mobil listrik China lain yang memakai LFP adalah MG 4 EV dan MG ZS EV. Sama seperti produk Wuling, keduanya juga menerima subsidi karena memenuhi syarat diproduksi lokal.

Satu-satunya mobil listrik Neta, V, juga menggunakan LFP. Saat ini V masih diimpor dari China dan akan diproduksi lokal pada tahun ini.

Tak hanya itu, mobil listrik jenis komersial pertama di dalam negeri, DFSK Gelora E, juga memakai LFP. BYD yang beberapa waktu lalu mengumumkan kehadirannya juga menggunakan LFP pada ketiga model mobil listrik yang dijual di dalam negeri, yakni Atto 3, Dolpin, dan Seal.

Lihat Juga :
Kena 'Getah' Proyek Waskita, HK Minta Rp1 T Garap Tol Trans Sumatra

Oleh karena itu, Putra berpendapat untuk mengerek produksi dalam negeri lewat pabrik HLI Green Power, pemerintah perlu meningkatkan demandEV itu sendiri.

"Investasi pabrikan EV utamanya ditopang oleh permintaan kendaraan bukan keberadaan nikel," ucapnya.

Indonesia katanya, malah bisa dibilang kalah jika dibandingkan Thailand dan Vietnam dalam hal produksi kendaraan listrik. Padahal, kedua negara itu tak memiliki nikel.

Putra menuturkan Thailand terlihat bergerak lebih cepat dalam mengundang pabrikan EV melalui berbagai insentif. Vietnam juga sama, karena mereka fokus ke produk akhir.

"Kita tampak bergerak dari nikel perlahan ke atas dalam rantai pasok, tapi negara lain masuk lebih cepat untuk membangun demandEV dan fokus menarik pabrikannya," ujar Putra.

Karenanya, sekali lagi Putra mengingatkan bahwa untuk merajai industri kendaraan listrik, tentu yang perlu didorong adalah demand. Sebab, pabrikan baterai dan EV utamanya akan didorong oleh demandkendaraan tersebut.

Lihat Juga :
28 Perusahaan Garmen-Tekstil Mulai Pangkas Hari Kerja Imbas Lesu Order

Setali tiga uang, Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan keberadaan pabrik ekosistem baterai dan kendaraan listrik HLI Green Power kontribusinya cukup positif untuk industri EV.

Pasalnya, sumber daya dan produksi dilakukan di dalam negeri. Namun, Ferdy memberikan catatan agar pabrik tersebut bisa beroperasi secara maksimal dan membuat industri EV bergeliat.

"Catatanya, pemerintah harus mampu berinovasi karena (peminat) EV belum terlalu besar. Konsumsinya terlalu kecil dibandingkan kendaraan berbasis bensin-solar, itu jauh," katanya.

Sebenarnya, penjualan mobil listrik di Indonesia pada Mei 2024 ini cukup membaik dari bulan-bulan sebelumnya. Namun, pertumbuhannya tak melesat seperti pemulihan total pasar kendaraan roda empat.

Pada Mei total penjualan di kategori ini 6.241 unit atau naik sekitar 15 persen dari April. Padahal, total penjualan semua jenis kendaraan roda empat naik 46,5 persen.

[Gambas:Photo CNN]

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, penjualan battery electric vehicle (BEV)alias kendaraan fulllistrik mencapai 1.984 unit pada Mei 2024. Sedangkan untuk mobil hybrid electric vehicle(HEV) 4.244 unit, danplug in hybrid vehicle(PHEV) 13 unit.

Menurut Ferdy, masih rendahnya minat pembelian mobil listrik tak lepas dari harganya yang masih terbilang mahal. Oleh karena itu, keberadaan pabrik baru di Karawang itu harus bisa menekan harga moda transportasi tersebut.

Ia menilai seharusnya pemerintah dan perusahaan bisa melakukan hal tersebut. Pasalnya, bahan baku berasal dari dalam negeri. Tak hanya, pengolahannya pun dilakukan di Tanah Air.

karenanya, seharusnya biaya logistik bisa lebih murah.

"Ini yang penting, produsen mobil listrik harus berinovasi bagaimana mengurangi harga. Karena kalau mereka bikin pabrik ke luar kan mahal, bawa nikel ke luar gitu. Dan ada batasan RI gak boleh ekspor nikel mentah. Ini (pabrik HLI Green Power) kesempatan bagi mereka menurunkan harga mobil Listrik," jelas Ferdy.

Ia mengingatkan pemerintah juga harus mengambil langkah berani dalam menggenjot permintaan mobil listrik. Ferdy mengatakan pemerintah jangan sekadar membangun pabriknya saja dan lantas tak memikirkan pasar.

Ia menekankan bahwa pembangun pabrik jangan cuma menjadi ambisi pemerintah saja terkait hilirisasi.

"Jokowi terlihat hanya show-showsaja. Pindah ke IKN hanya ambisi pribadi, bawa produsen mobil listrik ambisi pribadinya. Dia gak memikirkan bagaimana konsumen dan bagaimana tingkat penyerapan pasar," ucap Ferdy.

[Gambas:Video CNN]