claim bonus ondel4d

speeder higgs domino terbaru tanpa password - Manufaktur RI Makin Hancur, Prabowo Sulit Kejar Capaian Soeharto

2024-10-08 05:52:51

speeder higgs domino terbaru tanpa password,bandar slot 367 login,speeder higgs domino terbaru tanpa password

Jakarta, CNBC Indonesia- Aktivitas industri manufaktur lesu secara global. Tercermin dari angka Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur yang anjlok di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, data PMI Manufaktur per Agustus 2024 54,2% negara-negara G20 dan ASEAN-6 kontraksi atau di bawah batas 50, sedangkan hanya 45,8% yang berada di zona ekspansi.

"Yang perlu diperhatikan adalah sektor manufaktur yang aktivitasnya masih kelihatan melemah. Manufaktur global di 49,5 jadi secara overall kegiatan manufaktur dalam posisi kontraksi," kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN, Jakarta, dikutip Selasa (24/9/2024).

Pilihan Redaksi
  • Zulhas Curhat Bisnisnya Gulung Tikar Gegara Didemo 3.000 Karyawan
  • Sebut Manufaktur RI Lesu, Sri Mulyani Waspada!
  • Wow! Ekspor Agustus 2024 Pecah Rekor 20 Bulan, Ini Barang Paling Laku
  • PGE Galang Kolaborasi Lintas-Sektor di IIGCE 2024
  • 6 Juta Orang Terancam Aturan Kemasan Rokok, Minta Ini ke Prabowo
  • Wall Street Dibuka Bergairah Lagi, Nasdaq Dekati 18.000-an
  • Bikin Sri Mulyani Was-was, Industri Manufaktur RI Separah Ini!

Indonesia merupakan bagian dari negara yang aktivitas manufakturnya di zona kontraksi dengan angka PMI Manufaktur 48,9. Amerika Serikat juga di level 48, dan kawasan Eropa bahkan berada di level index 45,8.

"Yang positif termasuk adalah Inggris, Tiongkok, Korea Selatan, India, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Arab Saudi, Brazil, dan Rusia," ucap Sri Mulyani.

Sri Mulyani merasa perlu mewaspadai lesunya aktivitas manufaktur tersebut, karena dampaknya akan mempengaruhi aktivitas ekonomi domestik. Yang sudah jelas terdampak ialah lesunya harga-harga komoditas membuat setoran pajak yang terkait harga komoditas ambruk.

"PMI kita masuk kontraksi ini perlu waspada," tegas Sri Mulyani.

Hingga akhir tahun nanti, Kementerian Keuangan sebetulnya juga telah memperkirakan bahwa penerimaan pajak tidak akan mencapai 100% dari target APBN 2024.

Berdasarkan outlook laporan semester I 2024, hingga akhir tahun penerimaan pajak hanya akan mencapai Rp 1.921,9 triliun atau 96,6% dari target APBN 2024 sebesar Rp 1.988,9 triliun.

"Banyak wajib pajak badan yang di dalam penerimaan kita kontraksi dari sisi pembayaran pajaknya," ungkapnya.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Maghfiruha Rachbini mengatakan sebetulnya gelian industri manufaktur mengalami pelemahan sudah berlangsung satu dekade terakhir, berbalik arah saat masa pemerintah orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Eisha menuturkan, Indonesia pernah mencapai beberapa poin penting industrialisasi saat orde baru yang membuat laju pertumbuhan ekonomi sangat kencang. Pertumbuhan kala itu mencapai 8 - 9%. Rata-rata pertumbuhan 8% pernah dicapai pada 1989 hingga 1996 di mana pertumbuhan dapat mencapai 8 - 9 % dalam satu tahunnya.

"Jika dilihat era 1989-1996 sebagai pelajaran, terlihat bhw pertumbuhan industri manufaktur terus meningkat. Pada 1989 dari 19% terus meningkat menjadi 25%, industri manufaktur menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi saat itu," ucap Eisha.

Namun pada satu dekade masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, industri manufaktur kehilangan kekuatannya. Kontribusi sektor industri terus menurun, dari level 25% terhadap produk domestik bruto menjadi hanya sekitar 18% pada 2023.

"Hal itu salah satu titik cukup rendah dibandingkan prestasi di tahun 80an. Seolah-olah kembali terjadi de-industrialisasi dini," ujar Eisha.

Eisha menjelaskan, masalah industri nasional masih bertumpu pada komoditas bukan teknologi tinggi. Produktivitas juga rendah seiring dengan masalah tenaga kerja. Indonesia masih tertinggal dari China dan Jepang. Daya saing tenaga kerja juga masih di bawah Thailand.

"Juga inovasi dan teknologi, lalu masalah kawasan industri yang banyak dibangun tapi operasional, utilitas masih menjadi tantangan. Begitu pula infrastruktur dan penggunaan komponen dalam negeri untuk produk industri pengolahan, beserta penggunaan material saat ini masih tergantung impor," ujarnya.

Situasi tersebut harus diubah pada era pemerintahan Prabowo. Menurut Eisha, Indonesia memiliki kemampuan untuk kembali tumbuh tinggi dengan segala sumber daya yang ada.

"Seharusnya dengan economy complexity yang tinggi sebenarnya menunjukkan Indonesia akan mampu memproduksi dengan baik, nilai tambahnya tinggi, berkualitas dan high tech technology, sehingga bisa memberikan produktivitas dan memiliki inovasi dan keterampilan tinggi. Hingga kemudian bisa menaikkan daya saing ekspor. Pada gilirannya akan menumbuhkan ekonomi dan mendorong penggunaan emisi, menyediakan lapangan kerja, menurunkan pengangguran dan mengurangi kemiskinan," ucap Eisha.

"Ini menjadi landasan di mana ketika ingin menjadi negara maju kita perlu meningkatkan nilai tambah dan berproduksi via industri manufaktur yang dapat menyediakan nilai tambah dan export complexity yang juga tinggi. Juga export diversifikasi sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," tegasnya.


(arj/mij) Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Kabinet "Jumbo" Prabowo Bisa Jadi "Bencana" ke Industri

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Ngeri, Industri Pesawat-Tekstil Tak Kunjung Pulih dari Efek Pandemi