claim bonus ondel4d

5unsur2 login - Gen Z dan Milenial Diprediksi Lebih Cepat Miskin, Ini Alasannya

2024-10-08 05:59:51

5unsur2 login,alexsis bandar togel login,5unsur2 login

Jakarta, CNBC Indonesia- Generasi Z dan Milenial adalah dua kelompok yang disebut bakal lebih cepat miskin daripada generasi lainnya akibat ogah menabung dan punya kebiasaan "doom spending". Apa itu "doom spending"?

Melansir dari CNBC Make It, sebagian besar orang dari kelompok Generasi Z dan Milenial cenderung menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah dan berlibur daripada menabung. Menurut Psychology Today, hal itu identik dengan "doom spending" alias berbelanja secara impulsif demi menenangkan diri akibat perasaan pesimis terkait ekonomi dan masa depan.

Dosen senior keuangan di King's Business School dan mantan bankir, Ylva Baeckstrom mengungkapkan bahwa "doom spending" adalah hal yang tidak sehat dan fatal. Bukan tanpa alasan, Baecktrom menyebut hal ini akibat paparan berita buruk melalui media sosial.

Pilihan Redaksi
  • 10 Negara Paling Hobi Korupsi di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?
  • Belajar dari Orang Jepang, Ini 6 Tips Nabung agar Duit Cepat Ngumpul

"Hal ini membuat mereka merasa seperti akan kiamat," kata Baekstrom, dikutip Selasa (24/9/2024).

"Para anak muda ini kemudian menerjemah perasaan buruk tersebut menjadi kebiasaan belanja yang buruk," sambungnya.

Generasi Pertama yang Bakal Lebih Miskin: Gen Z dan Milenial

Menurut hasil Survei Keamanan Finansial International Your Money CNBC yang dilakukan oleh Survey Monkey, hanya sebanyak 36,5 persen orang dewasa di dunia yang merasa bahwa mereka lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka. Sementara itu 42,8 persen lainnya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka. Hasil ini diperoleh dari 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.

"Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka untuk waktu yang sangat lama," tegas Baeckstrom.

"Ada perasaan bahwa Anda mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua Anda," lanjutnya.

Akibatnya, pengeluaran untuk hal-hal tidak penting menciptakan ilusi kendali di dunia yang terasa seperti tidak terkendali.

"Namun yang sebenarnya terjadi adalah hal itu membuat Anda kehilangan kendali di masa depan. Sebab, jika Anda menyimpan uang dan menginvestasikannya, Anda mungkin benar-benar bisa membeli rumah," ujar Baeckstrom.

Baca:
Mengapa Sopir Fortuner & Pajero Dianggap Arogan? Begini Penjelasannya

Alasan Generasi Z dan Milenial Boros: Rasa Ingin Melarikan Diri

Pendiri startup asal Silicon Valley, Daivik Goel mengaku bahwa kebiasaan boros yang kerap dilakukannya, seperti membeli pakaian mewah, produk teknologi terbaru, hingga berfoya-foya berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaan dan tekanan dari teman sebayanya.

"Semua itu hanya perasaan ingin melarikan diri," kata Goel yang berusia 25 tahun.

"Orang-orang menyadari bahwa menabung untuk membeli rumah akan memakan waktu yang sangat lama. Jadi, menghabiskan uang untuk barang lain akan menjadi pilihan," sambungnya.

Goel mengaku, kebiasaan borosnya telah hilang setelah ia menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya. Menurut dia, bahagia dengan pekerjaan dapat mengubah pola pikirnya.

Pilihan Redaksi
  • 6 Tempat Wisata Legend yang Dulu Ramai Kini Sepi Bak Kuburan
  • Perbedaan Muka Orang Kaya dan Miskin Berdasarkan Riset

Cara Mengatasi Boros: Pahami Hubungan dengan Uang

Baeckstrom mengatakan, salah satu cara utama untuk mengatasi kebiasaan boros adalah memahami hubungan Anda dengan uang. Ia mengatakan, hubungan dengan uang seperti hubungan dengan orang lain, yakni dimulai sejak masa kanak-kanak dan membuat orang membentuk berbagai jenis keterikatan.

"Jika Anda merasa memiliki keterikatan yang aman dengan uang, Anda dapat membuat penilaian yang baik terhadap sesuatu. Anda mengumpulkan pengetahuan dan Anda dapat mengevaluasinya," kata Baeckstrom.

"Namun jika merasa tidak aman maka Anda cenderung tergoda untuk melakukan perilaku belanja yang tidak sehat ini," lanjutnya.

Menurut Baeckstrom, sikap-sikap ini berasal dari bagaimana cara seseorang dibesarkan, seperti apakah mereka kaya atau miskin, bagaimana keluarga mengelola uang, dan siapa yang mengendalikannya.

Warga Kolombia berusia 28 tahun, Stefania Troncoso Fernandez mengaku bahwa ia cenderung boros karena kekurangan literasi keuangan. Fernandez mengaku, ayahnya tumbuh dalam kemiskinan dan ia tidak pernah didorong untuk menabung.

Pendiri dan COO platform pengembangan kekayaan, Samantha Rosenberg mengatakan bahwa membuat transaksi menjadi "lebih nyata" dan sulit bisa membuat seseorang mempertimbangkan untuk lebih baik tidak berbelanja.

Menurutnya, melihat dan berbelanja secara langsung alias bukan melalui e-commerce bisa mencegah kebiasaan belanja impulsif. Selain itu, menyalakan notifikasi transaksi pada ponsel juga bisa membuat seseorang menyesal saat berbelanja.

"Titik-titik keputusan tambahan, seperti memilih dan pergi ke toko, mengevaluasi barang secara langsung, dan harus mengantre untuk membelinya akan membantu Anda untuk memperlambat dan berpikir lebih kritis soal belanja," kata Rosenberg.

Dengan demikian, ia pun merekomendasikan setiap individu untuk kembali menggunakan uang tunai alih-alih non-tunai. Menurutnya, metode pembayaran non-tunai justru meningkatkan pengeluaran yang tidak perlu akibat terlalu mudah dan cepat.


(hsy/hsy) Saksikan video di bawah ini:

Video: Parle Resto & Cafe, Level up Experience Kuliner Indonesia!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Lupakan AI, Storytelling Bakal Jadi Pekerjaan Termahal di Masa Depan