claim bonus ondel4d

live draw liverpool - 5 Sikap Plintat

2024-10-08 05:55:51

live draw liverpool,mimpi diri sendiri meninggal pertanda apa,live draw liverpoolJakarta, CNN Indonesia--

Amerika Serikat belakangan mulai memperlihatkan tanda-tanda ganjil mengenai dukungannya terhadap Israel.

Sejak beberapa bulan terakhir, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikabarkan frustrasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena ambisinya menyerang Jalur Gaza, Palestina.

Lebih dari 35 ribu rakyat Palestina telah meninggal dunia imbas agresi. Kebanyakan, korban meninggal merupakan anak-anak dan perempuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :
PM Lawrence Wong soal Kebijakan Luar Negeri: Berteman dengan Semua

Meski diklaim hanya serangan terbatas, namun hal itu cukup membuat warga Gaza semakin menghadapi krisis kemanusiaan. Sebab, Mesir menutup perbatasannya di Rafah sehingga tak ada bantuan kemanusiaan yang bisa memasuki Gaza.

Di tengah gejolak dan amarah publik ini, AS pun dipaksa bersikap sepatutnya. Karenanya, beberapa sikap AS terhadap Israel belakangan mulai terasa 'ambigu'.

Berikut sejumlah sikap plintat-plintut AS terhadap Israel.

1. Setop pasok senjata tapi tegaskan Israel tak lakukan genosida

Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menyetop pasokan senjata ke Israel imbas rencana Negeri Zionis menyerang Rafah.

Pentagon telah mengonfirmasi pada 8 Mei lalu bahwa pihaknya menghentikan pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon ke Israel.

Lihat Juga :
Pejabat AS Ragu Netanyahu Bisa Menang Telak dan Musnahkan Hamas

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan keputusan ini diambil karena Washington ingin melihat Israel melakukan tindakan yang lebih tepat atas konflik ini. Terlepas dari itu, kata dia, AS terus mendukung Israel.

"Sebuah bom berdiameter kecil, yang merupakan senjata presisi, sangat berguna di lingkungan yang padat," katanya.

"Tapi mungkin bukan bom seberat 2.000 pon yang dapat menimbulkan banyak kerusakan tambahan," ujar Austin.

Biden sendiri sebelumnya sudah memperingatkan bahwa AS akan berhenti memasok senjata jika Israel tetap menyerang Rafah.

"Saya tegaskan bahwa jika mereka masuk ke Rafah, saat ini mereka belum masuk ke Rafah, namun jika mereka masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang secara historis digunakan untuk menghadapi Rafah," kata Biden dalam wawancara dengan CNNyang disiarkan Kamis (9/5).

Lihat Juga :
Profil PM Baru Singapura Lawrence Wong

Menurut Biden, bom-bom pasokan AS telah digunakan Israel untuk menyerang pusat-pusat pemukiman di Gaza. Akibatnya, tak sedikit warga sipil yang terbunuh imbas bom tersebut.

Meski sudah berkata demikian, Washington pada faktanya tetap menegaskan dukungan yang kuat bagi Israel. Bahkan, AS dengan tegas membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza.

"Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah. Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan seperti dikutip AFP, Senin (13/5).

Sullivan menambahkan bahwa kunci perdamaian dari konflik tersebut berada di tangan kelompok militan Hamas. Biden, lanjut dia, berniat menumpas Hamas.

Namun Washington menyadari sepenuhnya apa yang terjadi saat ini di Gaza telah membuat Palestina menderita bak di "neraka".

2. Veto resolusi soal Palestina tapi dukung solusi dua negara

Pada 18 April lalu, Amerika Serikat memveto draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait jalan bagi Palestina untuk menjadi anggota penuh organisasi tersebut.

Dikutip dari AFP, draf yang diusulkan Aljazair itu merekomendasikan kepada Majelis Umum agar Negara Palestina diterima menjadi anggota penuh PBB."

Sebanyak 12 dari 15 negara anggota DK PBB mendukung draf resolusi. Sementara itu, dua negara abstain dan satu negara menolak, yakni Amerika Serikat.

Sejumlah pihak sudah memprediksi bahwa AS bakal menggunakan hak vetonya untuk membatalkan draf resolusi yang dapat merugikan Israel ini.

Keanggotaan penuh di PBB berarti mengakui negara Palestina secara efektif. Pengakuan semacam ini sangat ditentang oleh Israel, selaku sekutu dekat AS.

Lihat Juga :
Adakah Negara yang Berstatus Pengamat di PBB Selain Palestina?

Meski AS menolak menerima Palestina sebagai anggota PBB, Washington selama ini menegaskan dukungannya terhadap solusi dua negara.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyampaikan pada Januari lalu bahwa komitmen AS terhadap solusi dua negara tak pernah berubah. Menurutnya, gagasan itu merupakan solusi terbaik untuk Israel maupun Palestina.

Solusi dua negara merupakan gagasan mengenai pembentukan negara Palestina dan Israel guna mengakhiri konflik. Jika ini terwujud, akan ada dua negara bagian di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania.

Bersambung ke halaman berikutnya...

3. Umpat Netanyahu 'orang jahat sialan'

Biden dilaporkan diam-diam menyebut Netanyahu sebagai 'orang jahat sialan.'

Menurut laporan Politico, beberapa sumber dekat Biden mengatakan sang Presiden secara personal menyebut Netanyahu sebagai 'bad fucking guy'.

Biden disebut mengatakan demikian karena ia menaruh kecurigaan terhadap Netanyahu terutama sejak agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina pada Oktober lalu.

Kendati begitu, laporan Politico ini dibantah oleh Gedung Putih. Juru bicara Biden, Andrew Bates, mengatakan orang nomor satu AS tersebut tidak dan tak akan mengatakan hal semacam itu.

"Presiden tak mengatakan hal itu, dia juga tidak akan mengatakan hal tersebut," kata Bates, dikutip Al Jazeera.

Lebih lanjut, Bates menerangkan bahwa Biden dan Netanyahu memiliki hubungan selama sepuluh tahun yang saling menghormati baik di depan umum maupun secara pribadi.

Lihat Juga :
Pakar Ungkap Tujuan PM India Narendra Modi Terus Hina Umat Islam

4. Minta Netanyahu 'bertemu Yesus'

Biden sempat mengaku bahwa dia meminta Netanyahu untuk "bertemu Yesus" saat rasa frustrasinya memuncak gegara permintaannya tak diindahkan Netanyahu.

Biden mengaku demikian setelah menyampaikan pidato kenegaraan pada 7 Maret lalu. "Datang kepada Yesus" sendiri merupakan istilah yang merujuk pada kesadaran dramatis bahwa seseorang harus memperbaiki arah.

Selain meminta Netanyahu memperbaiki sikap, Biden juga menyebut pendekatan Netanyahu dalam perangnya di Gaza "lebih merugikan Israel ketimbang membantu Israel."

Meski demikian, ia tetap mencoba melunak dengan mengatakan Netanyahu "punya hak untuk membela Israel, serta hak untuk terus memburu Hamas."

Biden juga menegaskan tak akan pernah meninggalkan Israel, apalagi memotong bantuan senjata.

"Tidak ada garis merah (di mana) saya ingin memotong semua senjata sehingga mereka tidak memiliki Iron Dome (sistem pertahanan udara) untuk melindungi mereka," ujar presiden berusia 81 tahun tersebut.

Lihat Juga :
Lawrence Wong Dilantik jadi PM Singapura Malam Ini Gantikan Lee Hsien

5. Abstain resolusi DK PBB yang tuntut gencatan senjata

Amerika Serikat pada 25 Maret lalu membuat langkah mengejutkan karena abstain saat pemungutan suara terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Resolusi yang menuntut gencatan senjata segera itu berhasil diadopsi DK PBB karena tak ada hak veto yang biasa digunakan Washington untuk membatalkan resolusi.

Selama ini, AS menolak menggunakan istilah "gencatan senjata" dalam agresi Israel di Gaza. Namun, karena tekanan global yang begitu tinggi untuk gencatan senjata, mau tak mau Washington abstain, meski akhirnya membuat marah Israel.

Netanyahu membatalkan pengiriman delegasi Israel ke Washington, yang rencananya bertemu untuk membahas serangan ke Rafah.

"Ini merupakan kemunduran yang jelas dari posisi konsisten AS (selama ini)," demikian keterangan kantor Netanyahu, seperti dikutip AFP.