claim bonus ondel4d

ohtogel rtp - Ekonomi AS Mulai Tersungkur, Saatnya Merayakan Kabar Buruk Amerika?

2024-10-07 23:56:32

ohtogel rtp,toto abadi 7,ohtogel rtp
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup di zona hijau, IHSG dan rupiah kompak menguat
  • Wall Street ditutup beragam setelah pengumuman data JOLTS opening
  • Data ekonomi AS hingga China dan Indonesia akan menjadi penggerak sentimen hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (4/9/2024). Pasar saham menguat nyaris 1% diikuti oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berpotensi bergerak fluktuatif pada hari ini di tengah sikap para pelaku pasar yang menanti rilis data ekonomi dari domestik maupun luar negeri, terutama Amerika Serikat.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup  sumringah setelah sempat ambles nyaris 1% di awal sesi pertama. Melansir RTI, IHSG ditutup menguat 0,74% ke posisi 7.672,9. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.600.

Sementara itu, nilai transaksi IHSG mencapai lebih dari Rp11 triliun dengan volume perdagangan mencapai 36,7 miliar lembar saham yang diperdagangkan lebih dari 1,2 juta kali. Sebanyak 268 saham mengalami kenaikan, 331 saham turun, dan 193 saham stagnan.

Beberapa sektor terpantau melesat dan turut membantu IHSG menguat, yakni konsumer non-primer yang mencapai 2,76%, kesehatan sebesar 1,61%, dan infrastruktur sebesar 1,12%.

IHSG menguat di tengah para pelaku pasar yang was-was bahwa kinerja IHSG yang menurun saat September. 

Periode perdagangan saham pada September secara historis menjadi bulan yang cenderung dihindari oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham global, karena adanya fenomena September Effect. Hal ini juga cenderung terjadi di IHSG.

Baca:
IHSG Rawan Ditutup Merah, Bencana Black September Terulang?

 

Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali sementara tujuh sisanya ambruk.

Di sisi lain, melansir Refinitiv, mata uang Indonesia ditutup pada posisi Rp15.470/US$, menguat sebesar 0,32% sejak penutupan periode sebelumnya.

Penguatan rupiah, selain karena dukungan dari data makro, juga dipengaruhi oleh indeks dolar yang melemah.Berdasarkan data Refinitiv DXY atau indeks dolar turun 0,42%.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (3/9/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat tipis di posisi 6.67% dari perdagangan sebelumnya.

Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup beragam pada perdagangan Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite turun untuk sesi kedua berturut-turut, memulai bulan September dengan kinerja yang kurang memuaskan.

S&P 500 turun 0,16% menjadi 5.520,07, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,3% menjadi 17.084,30. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average menjadi pengecualian dengan naik tipis 38,04 poin atau 0,09% menjadi 40.974,97.

"Setidaknya , Anda melihat ada sedikit pembelian setelah penurunan kemarin. Investor sedikit cemas; ini adalah perdagangan dengan keyakinan rendah. Semua orang menunggu laporan ketenagakerjaan hari Jumat ini, dan sampai saat itu, kita berada dalam kondisi yang stagnan."kata Keith Lerner, co-chief investment officer Truist. kepada CNBC International.

Baca:
Usai Ambruk, Kini Wall Street Kembali Berpesta

Nvidia turun 1,7% setelah laporan Bloomberg menyebutkan bahwa Departemen Kehakiman AS mengirimkan panggilan pengadilan kepada pembuat chip tersebut. Ini terjadi setelah Nvidia jatuh lebih dari 9% pada hari Selasa di tengah penurunan yang lebih luas pada saham semikonduktor.

Beberapa saham teknologi besar dan chip kembali menguat pada hari Rabu, dengan Advanced Micro Devices dan Tesla masing-masing naik sekitar 3% dan 4%. Meta Platforms, Marvell Technology, Broadcom, dan Qualcomm juga sedikit menguat.

Saham-saham bangkit dari posisi terendahnya ketika kurva imbal hasil pasar Treasury kembali ke keadaan normal untuk sementara waktu. Kurva ini sebelumnya terbalik dengan imbal hasil obligasi 10 tahun lebih rendah dari imbal hasil obligasi dua tahun, yang merupakan sinyal resesi umum dan sempat membuat investor khawatir. Pada  Rabu, imbal hasil 10 tahun kembali sejajar dengan imbal hasil 2 tahun dan sempat sedikit lebih tinggi.

Wall Street baru saja mengalami sesi yang merugi, dengan tolok ukur utama mencatat hari terburuk sejak penjualan besar-besaran pada 5 Agustus, karena saham-saham chip mengalami kesulitan dan data ekonomi terbaru mengindikasikan pertumbuhan ekonomi AS yang melambat.

Para pedagang bersiap untuk volatilitas lebih lanjut di bulan September, dengan banyak yang mengantisipasi penurunan 5% atau lebih dalam periode yang secara historis lemah untuk ekuitas. Namun, penurunan seperti yang dialami dalam beberapa minggu terakhir tidak seharusnya menghalangi investor, menurut Sid Vaidya, kepala ahli strategi investasi di TD Wealth.

"Dari sudut pandang kami, ini adalah volatilitas jangka pendek yang normal," katanya. "Kami tidak akan mengubah posisi apapun berdasarkan kondisi satu setengah hari terakhir."

Pada hari ini pergerakan IHSG dan juga rupiah diprediksi akan lebih fluktuatif dengan beberapa kabar dari dalam negeri maupun luar negeri.

Wall Street yang mayoritas melemah bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham global, termasuk Indonesia. Sementara indeks dolar AS yang melemah bisa jadi pengungkit kinerja nilai tukar rupiah. Indeks dolar turun ke 101,42 sehingga ada potensi rupiah menguat.

Lowongan Pekerjaan AS Terendah dalam 3,5 Tahun

Laporan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) turun ke titik terendah sejak Januari 2021 atau 3,5 tahun pada Juli 2024. Kondisi ini menunjukkan pasar tenaga kerja sudah mendingin. Survei JOLTS menghitung lowongan kerja dan pemutusan hubungan kerja, termasuk jumlah pekerja yang secara sukarela berhenti dari pekerjaan.

Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penyerapan lowongan kerja pada Juli mencapai 7,673 juta, lebih rendah dari 8,1 juta seperti ekspektasi pasar.

Baca:
Rempah Ini Buat RI Dijajah & Jadi Rebutan Dunia, Semua Tinggal Cerita

Turunnya jumlah lowongan kerja AS memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS. Hal ini pun juga menunjukkan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang tinggi sudah berdampak terhadap pasar tenaga kerja AS. Kondisi ini bisa mendorong The Fed untuk segera memangkas suku bunga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS dengan menuju era suku bunga rendah.

Dengan turunnya penyerapan tenaga kerja maka rasio lowongan pekerjaan per pekerja yang tersedia kini menjadi kurang dari 1,1. Angka ini hanya, sekitar setengah dari rasio puncaknya yang lebih dari 2: 1 pada awal 2022.

Namun, analis mengingatkan jika laju pasar tenaga kerja AS sudah jatuh terlalu dalam.

"Pasar tenaga kerja tidak hanya mendingin hingga level sebelum pandemi, tetapi malah turun melewatinya dan di bawah ekspektasi. Tidak ada yang yang menginginkan pasar tenaga kerja menjadi lebih dingin pada titik ini, terutama pembuat kebijakan The Fed,  kata Nick Bunker, kepala riset ekonomi di Indeed Hiring Lab, kepada CNBC International.

Pemutusan hubungan kerja(PHK)  meningkat menjadi 1,76 juta pada Juli, naik 202.000 dari bulan Juni.  PHK meningkat ke level tertinggi hampir 1,5 tahun. Ada 1,07 lowongan kerja untuk setiap orang yang menganggur pada Juli, terendah sejak Mei 2021.

Data tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan. Dengan melihat pasar tenaga kerja AS yang kini mendingin dengan cepat, pemangkasan suku bunga bisa diharapkan datang lebih cepat. Jika hal ini terjadi maka pasar saham dan rupiah serta obligasi Indonesia diharapkan bisa mendapat untung dari aliran dana asing yang meninggalkan AS. Pasalnya, investasi di AS atau berdenominasi dolar AS menjadi kurang menarik setelah suku bunga turun.

Investor Wait & SeeMenanti Data Pengangguran

Pada  hari ini, Kamis (5/9/2024) pukul 19.30 waktu Amerika Serikat akan diumumkan klaim awal pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 31 Agustus 2024.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Traidng Economics, tingkat klaim awal pengangguran AS tercatat 230.000. Jumlah tersebut menurun dibandingkan periode sebelumnya sebesar 231.000.

Angka tersebut sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 232.000, sementara pembacaan minggu sebelumnya direvisi naik 1.000 dari 232.000 menjadi 233.000.

Rata-rata pergerakan empat minggu adalah 231.500, penurunan 4.750 dari rata-rata minggu sebelumnya yang direvisi. Perekonomian AS menambah 114.000 pekerjaan pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% dari 4,1% pada bulan Juni.

Pasar Melihat Peluang Pemotongan Suku Bunga Sebesar 50 Basis Poin

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed diperkirakan akan mengakhiri tren suku bunga tinggi dengan melakukan pemangkasan suku bunga,

Berdasarkan perangkat Fedwatch, probabilitas suku bunga The Fed akan turun sebesar 25 basis poin yakni senilai 57%. Sedangkan pasar melihat ada peluang The Fed akan memangkas suku bungasebesar 50 basis poin. Adapun probabilitasnya sebesar 43%.

Menantikan Cadangan Devisa Indonesia

Pada Jumat (6/9/2024), Bank Indonesia (BI) akan merilis Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024. Posisi cadangan devisa Indonesia terus menunjukkan tren positif.

Sebelumnya, BI melaporkan bahwa pada akhir Juli 2024, cadangan devisa mencapai angka yang menggembirakan, yakni US$145,4 miliar. Angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$140,2 miliar.

Kenaikan cadangan devisa ini didorong oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah keberhasilan penerbitan sukuk global pemerintah.

Penerbitan sukuk ini tidak hanya berhasil menghimpun dana segar bagi negara, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia di mata dunia. Selain itu, penerimaan pajak dan jasa yang membaik juga turut berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa.

Aktivitas Jasa China Melemah

PMI Layanan Umum China Caixin turun menjadi 51,6 pada Agustus 2024 dari 52,1 pada bulan sebelumnya. Angka tersebut juga, di bawah perkiraan pasar sebesar 52,2. PMI melambat di tengah melambatnya pertumbuhan pesanan baru dan penurunan marginal dalam pekerjaan. Ini merupakan bulan ke-20 pertumbuhan aktivitas layanan, didorong oleh meningkatnya bisnis baru dan pesanan baru di tengah kondisi permintaan yang lebih baik, dengan permintaan asing tumbuh lebih cepat.

Sementara itu, pekerjaan menurun setelah meningkat pada Juli, menjadi penurunan kelima dalam tujuh bulan terakhir akibat pengunduran diri dan pemutusan hubungan kerja yang disebabkan oleh kebutuhan untuk mengurangi biaya.

Dalam hal harga, inflasi biaya input mempercepat ke tingkat tertinggi sejak Juni 2023, didorong oleh meningkatnya biaya bahan, upah, dan transportasi. Sementara itu, biaya output turun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan dan penurunan paling tajam sejak April 2022 di tengah persaingan yang ketat dan diskon untuk mendukung penjualan. Akhirnya, sentimen bisnis membaik menjadi tertinggi dalam tiga bulan, didorong oleh harapan akan kondisi pasar yang lebih baik dan rencana ekspansi bisnis. sumber: S&P Global

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• Data klaim pengangguran awal dan berkelanjutan AS (19.30 WIB)

* Dialog 'Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan' di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan. Turut hadir Direktur Utama BPDPKS dan Ketua Umum GAPKI.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• RUPSLB - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR)

• RUPST - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)

• RUPSLB - PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL)

• RUPST - PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Next Page Wall Street Tak Kompak Setelah Data Tenaga Kerja Keluar
Pages Next