claim bonus ondel4d

drakula togel - Menlu Taiwan Buka

2024-10-08 05:39:50

drakula togel,mambaok rabah lirik,drakula togelJakarta, CNN Indonesia--

Taiwan akan menyelenggarakan pemilihan presiden (pilpres) dan legislatif pada Sabtu (13/1) besok.

Hasil pemilihan ini menjadi perhatian dunia lantaran akan menentukan arah hubungan dengan China di tengah ketegangan yang kian meningkat selama beberapa waktu terakhir.

Presiden baru akan menetapkan kebijakan yang bisa berdampak pada stabilitas kawasan serta ekonomi global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jelang pesta demokrasi itu, Pemerintah Taiwan menuding China mencoba menyusup sebagai strategi untuk mewujudkan cita-cita reunifikasi.

Kendati, dugaan tersebut sudah dibantah oleh Kementerian Pertahanan Beijing pada Kamis (28/12) lalu dengn menuding Taiwan "membesar-besarkan" klaim bahwa Negeri Tirai Bambu campur tangan dalam pilpres kepulauan itu.

Anchor CNN Indonesia TV Maggie Calista mendapat kesempatan wawancara dengan Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu untuk membahas sejumlah isu dalam program "Asia Forward" yang tayang di CNN Indonesia TV dan Live Streaming di cnnindonesia.com pada Jumat (10/1) malam.

Berikut petikan wawancara bersama Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu:

Lihat Juga :
ASIA FORWARDMenlu Taiwan Buka-bukaan soal Potensi Perang dengan China

1. Taiwan akan mengadakan pemilihan presiden yang sangat penting pada Januari. Para kandidat politik di pulau ini tampaknya menyadari potensi bahaya jika keadaan menjadi tidak terkendali. Apakah pemilu ini akan menambah elemen ketidakstabilan? Bagaimana pengaruh China dalam kampanye presiden ini?

Nah, ini adalah sesuatu yang ingin ditanamkan oleh pemerintah China ke dalam pikiran masyarakat Taiwan, atau masuk ke dalam pikiran rakyat Taiwan, dan juga negara-negara yang peduli dengan Taiwan.

Bahwa jika kita memilih kandidat yang tidak disukai oleh China, akan terjadi ketidakstabilan atau konfrontasi militer di wilayah ini, dan jika China terus melakukan hal itu, mereka mungkin ingin membentuk hasil pemilihan demokratis di Taiwan.

Mereka telah melakukan hal itu selama bertahun-tahun, mungkin tidak berhasil dalam pemilihan sebelumnya, tapi saya pikir dalam pemilu kali ini, mereka tampaknya lebih halus dalam menerapkan semua jenis taktik campur tangan terhadap Taiwan.

Misalnya, di bidang informasi, mereka membuat ribuan dan ribuan akun palsu untuk menggiring opini publik di sini.

Mereka membuat akun robot, atau akun zombie, mendengarkan perintah dari beberapa agen informasi China.

Izinkan saya memberi Anda satu contoh, agar Anda memahami cara kerjanya. Kami ingin bernegosiasi dengan India untuk mendapatkan kesepakatan yang mengizinkan para pekerja India bekerja di Taiwan.

Meskipun MOU belum siap, dan ide awalnya adalah untuk mengizinkan sejumlah kecil orang India datang ke Taiwan, tetapi China membuat ribuan akun di media sosial, Facebook, Twitter, dan mereka mulai menghasilkan banyak ide, seperti akan ada 100 ribu orang India yang bekerja di Taiwan, dan perempuan Taiwan akan berada dalam bahaya karena orang-orang India itu.

Berita itu menjadi begitu besar, dan menjadi tidak terkendali. Hal itu memaksa pemerintah untuk keluar dan mengatakan bahwa itu adalah berita palsu dan kita tidak perlu khawatir tentang hal itu karena Taiwan belum siap untuk menandatangani perjanjian dengan India.

Mereka (China) menggunakan hal itu untuk mempengaruhi para pemilih, sehingga para pemilih akan berpikir bahwa pemerintah tidak kompeten dalam bernegosiasi dengan India terkait masalah tenaga kerja migran. Jadi ini adalah hal yang mereka lakukan. Ini ada di ranah informasi.

Mereka juga menggunakan tekanan ekonomi, atau paksaan ekonomi, di Taiwan untuk membentuk narasi rakyat Taiwan bahwa jika kami memiliki partai politik, atau kandidat yang tidak didukung oleh Beijing terpilih, akan ada konsekuensi ekonomi.

Hanya dalam beberapa hari ini, China mengumumkan bahwa mereka akan menghapuskan tarif nol pada beberapa produk petrokimia, dan mereka mungkin akan melakukan lebih banyak lagi.

Kemudian, mereka juga mengumumkan dalam sebuah pernyataan publik, dalam sebuah serangan yang sangat pahit terhadap kandidat DPP (Partai Progresif Demokrat Taiwan), dan Anda dapat melihat bahwa Tiongkok mencoba untuk ikut campur dalam pemilihan umum Taiwan.

Taiwan bukanlah satu-satunya negara yang akan melaksanakan pemilu nasional pada tahun 2024. Saya pikir kita harus melihat dengan jernih cara otoriter mencampuri pemilu demokratis di negara lain. Pemahaman saya, akan ada sekitar 40 negara yang akan menyelenggarakan pemilu demokratis tahun depan, termasuk Indonesia.

Jika kita mengizinkan China untuk mengatakan kepada rakyat Taiwan bahwa 'saya ingin Anda memilih ini, dan saya ingin Anda memilih orang ini', dan jika mereka berhasil membentuk pemilihan demokratis di Taiwan, saya yakin mereka akan mencoba hal yang sama pada semua pemilihan demokratis lainnya.

Pada saat itu, kita akan merasa bahwa pemerintah China sedang membentuk atau membentuk kembali tatanan internasional yang berbasis aturan. Mereka mendikte cara hidup demokratis dari semua negara demokrasi, dan itu adalah sesuatu yang harus kita lawan.

Di Taiwan, untungnya, China telah mencoba untuk mencampuri pemilihan umum kami selama bertahun-tahun sebelumnya. Saya pikir orang-orang di Taiwan menyadari taktik China.

Jadi, kami kurang lebih lebih kebal dibandingkan negara demokrasi lainnya. Pengalaman kami dalam melawan campur tangan Tiongkok dalam pemilihan umum dapat menjadi pelajaran yang sangat baik.

Kami akan mencoba berbagi pengalaman dengan negara-negara demokrasi lainnya.

Untuk Indonesia, saya tahu bahwa pemilu nasional Anda akan segera berlangsung setelah pemilu Taiwan. Dan saya harap teman-teman Indonesia dapat melihat bagaimana Tiongkok mempengaruhi pemilu Taiwan, dan merefleksikan bagaimana China berusaha membentuk opini publik di Indonesia, kemudian mencoba mencampuri politik demokratis kita.

Saya pikir kita harus melihat dengan jernih bahwa demokrasi dan cara hidup yang demokratis tidak boleh didikte oleh rezim yang otoriter.

Lihat Juga :
3 Calon Presiden yang Bertarung di Pilpres Taiwan 2024

2. Apakah Anda memiliki bukti atau informasi tentang pemilu Indonesia, bagaimana China akan mempengaruhi mempengaruhi pemilihan presiden Indonesia?

Sebenarnya, banyak lembaga yang telah melakukan penelitian yang sangat baik. Sebagai contoh, Freedom House mencoba mendokumentasikan bagaimana China menyusup ke negara-negara demokrasi lainnya dan mencoba membentuk narasi atau opini publik di negara lain.

Di antara negara-negara Asia Tenggara, Freedom House menemukan bahwa Indonesia adalah negara ketiga yang dipengaruhi oleh RRC dalam opini publiknya. Jadi ini adalah sesuatu yang perlu kita waspadai dan kita harapkan ada lebih banyak sumber berita alternatif, sehingga teman-teman di Indonesia bisa memiliki pandangan yang lebih luas tentang dunia internasional daripada hanya menerima atau untuk beberapa outlet berita hanya menerima narasi dari Cina saja.

Ini bukan hanya Taiwan atau Indonesia. Kami juga memiliki beberapa LSM yang sangat terkemuka seperti DoubleThink Lab. Mereka juga telah melakukan perbandingan lintas negara.

Misalnya, negara-negara seperti Malaysia atau Selandia Baru atau Kanada, Pemerintah China juga melakukan beberapa publikasi berbahasa Mandarin untuk mempengaruhi opini publik mereka di kalangan penduduk asli China.

Jadi ini adalah sesuatu yang otoritarianisme coba lakukan dan kita harus jernih dalam melihat pengaruh semacam ini.

Lihat Juga :
ASIA FORWARDMenlu Joseph Wu: Taiwan Siap Mempertahankan Diri

3. China telah meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi ekonomi terhadap Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Bagaimana Taiwan menanggapi tekanan ini, dan apa implikasinya terhadap stabilitas regional?

Tekanan ekonomi adalah sesuatu yang tidak hanya dialami oleh Taiwan. Lihatlah Australia, beberapa tahun yang lalu ketika mantan Perdana Menteri Scott Morrison menyebutkan bahwa dunia harus menyelidiki asal-usul covid, China menerapkan sanksi berat, sanksi ekonomi, terhadap Australia (dengan) melarang makanan laut Australia, dan juga kayu, batu bara, dan anggur. Itu adalah hukuman berat terhadap Australia.

Ketika Lithuania mengizinkan pemerintah Taiwan untuk membuka kantor perwakilan beberapa tahun yang lalu, China juga memberikan sanksi terhadap Lithuania. Pemerintah China juga melakukan hal yang sama terhadap Kanada dan banyak negara lainnya.

Semua ini membuat banyak negara berpikir tentang instrumen pemaksaan anti-ekonomi. Uni Eropa baru-baru ini telah menyelesaikan instrumen anti-paksaan mereka, yang akan menjadi sangat penting bagi negara-negara Eropa untuk menghadapi paksaan ekonomi yang ditimbulkan oleh RRC.

Dalam KTT G7 di Hiroshima pada Mei lalu, mereka juga membahas tindakan pemaksaan ekonomi, dan saya pikir ini telah menjadi konsensus internasional bahwa negara-negara demokrasi di seluruh dunia perlu mewaspadai potensi terjadinya pemaksaan ekonomi.

Saya pikir negara-negara yang baru saja saya sebutkan, Uni Eropa atau G7 atau kelompok-kelompok lain, perlu memikirkan bagaimana bekerja sama satu sama lain untuk menghadapi paksaan ekonomi.

Tentu saja, sangat disayangkan bagi Taiwan bahwa kami tidak memiliki banyak hubungan diplomatik dengan negara-negara tersebut. Oleh karena itu, kita harus melakukan diversifikasi atau mengurangi risiko dalam hubungan ekonomi kita dengan RRC.

Pada tahun-tahun sebelumnya, ekspor Taiwan atau investasi keluar Taiwan ke negara lain, hampir 80 persen masuk ke China, dan itu terlalu banyak.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, para pengusaha memahami bahwa mungkin China tidak lagi menguntungkan dan mereka perlu melakukan diversifikasi investasi.

Lihat Juga :
3 Skenario China Invasi dan Caplok Taiwan

Mereka pergi ke Asia Tenggara, mereka pergi ke India, mereka pergi ke Meksiko, dan lain-lain. Sekarang investasi keluar kami hanya 30 persen yang masuk ke China

Jadi ini adalah penurunan yang signifikan dari investasi Taiwan di China, dan dengan itu, risiko yang terkait dengan investasi Taiwan di China menjadi lebih kecil.

Dengan cara yang sama, ketika kita berbicara tentang diversifikasi atau pengurangan risiko, kami mengikuti rantai pasokan internasional.

Ketika Google atau Apple, mereka mengatakan bahwa 'kita perlu keluar dari China dalam rantai pasokan kita. Kita harus pergi ke India, kita harus pergi ke Asia Tenggara', perusahaan-perusahaan yang bekerja dengan rantai pasokan utama tersebut akan pindah juga.

Foxconn, salah satu perusahaan yang memiliki jutaan karyawan di China, sekarang mereka membangun pabrik yang lebih besar dari produksi mereka di RRC. Ini adalah cara untuk mengurangi risiko. Jadi, jika kita dapat mengurangi risiko dalam hubungan bisnis kita dengan Tiongkok, maka kita tidak akan terlalu rentan terhadap senjata perdagangan atau kegiatan ekonomi China. Ini adalah cara untuk melakukannya.

Sekarang saat negara-negara lain membicarakan tentang pemutusan hubungan dengan China, pada saat mereka mendiskusikan tentang pemaksaan anti-ekonomi, saya pikir mereka melihat Taiwan sebagai contoh yang baik.

Ketika kita melakukan investasi ke China, harus melalui proses penyaringan yang sangat ketat untuk memastikan bahwa investasi kami yang masuk ke China tidak akan menimbulkan masalah keamanan nasional bagi Taiwan.

Jadi ini adalah pengalaman yang telah dipelajari oleh banyak negara dan kami berharap melalui cara yang sangat serius seperti ini, kami dapat meninjau kembali investasi atau perdagangan dengan China, kita akan dapat mengurangi risiko.

Baru-baru ini China mengumumkan pencabutan tarif nol terhadap Taiwan, saya pikir dampaknya akan relatif kecil. (Dampak) ini akan terbatas pada beberapa sektor petrokimia.

Saya berharap masyarakat internasional dapat melihat pada pengurangan risiko, untuk menjaga hubungan ekonomi mereka dengan China.

Bersambung ke halaman berikutnya...

4. Hon Hai Precision Industry Co., Ltd (Foxconn) pindah dari China, bagaimana dengan perusahaan Taiwan seperti TSMC? Kami mendapat informasi bahwa TSMC juga pindah, sebagian dari rantai pasokan mereka pindah dari Taiwan dan pindah ke negara lain. Apa pendapat Anda tentang hal itu?

Menurut saya, perusahaan-perusahaan Taiwan yang melakukan investasi di China menghadapi beberapa dilema.

Dilema pertama adalah bahwa mereka mungkin tidak dapat dengan bebas memindahkan aset mereka keluar dari China karena mereka berada dalam kontrol yang ketat.

Jadi yang mereka lakukan adalah menginvestasikan kembali di RRC dengan keuntungan yang mereka peroleh dan mereka mencoba memindahkan investasi mereka keluar dari RRC jika memungkinkan.

Ketika Amerika Serikat dan RRC terlibat dalam perang dagang satu sama lain, kemudian terjadi situasi COVID yang menghantam China dengan sangat keras, perusahaan-perusahaan Taiwan mulai berpikir untuk pindah.

Jadi, lambat laun mereka menemukan satu atau lain cara untuk keluar dari China, dan tujuan nomor satu, tentu saja, kembali ke Taiwan.

Lihat Juga :
Daftar Negara yang Gelar Pemilu di Tahun Politik 2024

Jadi banyak pengusaha Taiwan yang berinvestasi di Taiwan dan tidak lagi berinvestasi di China. Hal ini membuat ekonomi Taiwan tumbuh dengan sangat sehat ketika dunia mengalami resesi atau mengalami perlambatan ekonomi secara umum karena covid.

Ini adalah sesuatu yang cukup cerdas dilakukan oleh para pengusaha kami. Selain kembali ke Taiwan, mereka juga melihat Asia Tenggara sebagai tujuan potensial. Mereka juga melihat Asia Tenggara sebagai tujuan potensial mereka.

Banyak dari mereka pergi ke Vietnam, beberapa pergi ke Filipina dan Malaysia dan ada juga yang ingin ke Indonesia. Bagaimanapun juga, Indonesia adalah negara yang besar.

Beberapa pebisnis juga melihat India sebagai tujuan yang sangat bagus, seperti Boston. Yang saya katakan tadi. Beberapa bahkan ingin pindah ke tempat yang lebih jauh seperti Meksiko. Jadi ini adalah cara Taiwan untuk mendiversifikasi risiko mereka.

Sejauh ini, saya pikir hubungan perdagangan atau ekonomi kita atau paparan terhadap risiko telah berkurang secara signifikan karena upaya diversifikasi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis kami.

Lihat Juga :
Rusia Minta DK PBB Rapat Darurat Bahas AS-Inggris Keroyok Houthi Yaman

5. Saat ini hanya ada 13 negara yang mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat. Bahkan, Amerika Serikat hanya mengakui Beijing sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah di China. Apa yang dilakukan Taiwan untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara lain di kawasan ini?

Kami memiliki 13 sekutu diplomatik yang mengakui Taiwan, tapi kami juga memiliki hubungan yang sangat praktis, ekonomi dan politik yang sangat baik. Bahkan, hubungan keamanan dengan sebagian besar negara di dunia.

Sebagai contoh, kami mengeluarkan paspor Taiwan. Dengan paspor Taiwan, kami bisa pergi ke Indonesia, kami dapat pergi ke negara-negara lain di Asia Tenggara.

Kami dapat bepergian dengan bebas, bebas visa, di Amerika Serikat, di Kanada, dan di negara-negara Uni Eropa. Jadi, ini adalah pengakuan de facto bahwa Taiwan adalah entitas yang ingin mereka ajak berhubungan.

Karena kami dapat mendirikan kantor perwakilan di seluruh dunia untuk mewakili pemerintah Taiwan, Ini semua diakui oleh negara-negara yang menerima kantor perwakilan Taiwan untuk berurusan dengan Taiwan secara semi-resmi.

Jika Anda melihat lembaga AS di Taiwan, AIT, Institut Amerika di Taiwan, ketika Anda melihatnya, ini terlihat seperti kedutaan. Fungsinya seperti kedutaan.

Pada intinya, ini adalah kedutaan besar Amerika yang bekerja di Taiwan, kecuali namanya adalah Institut Amerika di Taiwan.

Lihat Juga :
Pangeran Saudi MbS Lantang Bersuara soal AS-Inggris Serang Yaman

Jika Anda melihat institut kami di Washington, itu adalah Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei. Bentuknya seperti kedutaan besar, dan fungsinya seperti kedutaan besar.

Oleh karena itu, kedua negara dapat berhubungan satu sama lain berdasarkan non-diplomatik ini,
tetapi hubungan yang sangat baik, sangat substantif.

Ini adalah model yang kami miliki dengan semua negara lain. Kami dapat bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat, pemerintah Kanada, pemerintah Inggris, pemerintah Prancis, dan lain-lain. Kami bahkan dapat bekerja sama dengan Uni Eropa, NATO, Australia dan Jepang.

Jadi, kurangnya pengakuan diplomatik tidak menghentikan Taiwan atau negara lain untuk berhubungan dan bekerja sama satu sama lain. Hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan dan untuk negara lain, mereka melihat nilai Taiwan, dan juga kekuatan ekonomi karena industri semikonduktor,

Taiwan sebagai negara demokrasi. Kami mendapatkan lebih banyak dukungan dari negara-negara demokrasi federal di seluruh dunia.

Ini adalah sesuatu yang sangat penting, dan pada saat yang sama kami akan terus menjaga sekutu diplomatik kami, mencoba memperluas hubungan kita dengan negara demokrasi federal dan kami mempunyai niat penuh untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia juga.

Lihat Juga :
RI-Korsel Disebut Punya Peluang Jadi 'Penengah' Konflik di Kawasan

6. Pemerintahan Jokowi memiliki hubungan yang sangat dekat dengan China. Dalam situasi seperti ini, bagaimana Taiwan dapat mempertahankan hubungan persahabatan dengan Indonesia, khususnya pemerintahan saat ini?

Ada begitu banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bekerja sama satu sama lain. Sebagai contoh, kami memiliki pekerja migran dari Indonesia yang bekerja di Taiwan, dan mereka di sini di Taiwan dengan sangat bahagia.

Kami juga menerima pelajar Indonesia untuk mendapatkan beasiswa ke Taiwan, dan ada juga para pebisnis dari kedua belah pihak yang bekerja sama dengan sangat erat.

Kami juga terbuka bagi para pebisnis Indonesia, dan pada saat yang sama, Indonesia juga terbuka untuk bisnis Taiwan.

Seperti yang saya katakan, Anda memiliki kantor di sini, dan kami memiliki kantor di Jakarta, dan tidak hanya di Jakarta, tapi juga di daerah lain di Indonesia.

Ini akan memberikan fondasi yang sangat baik bagi kedua belah pihak untuk terus bekerja sama satu sama lain.

Saya selalu mengutip sesuatu, sebuah puisi dari seorang pendeta Jerman, untuk menunjukkan bahwa ada kebutuhan akan demokrasi federal, agar teman baik saling menjaga satu sama lain, sebelum otoritarianisme mulai menginjak-injak kita semua.

Pertama-tama mereka datang untuk para komunis, dan saya tidak angkat bicara karena saya bukan komunis. Kemudian mereka datang kepada orang-orang Yahudi, dan aku tidak berbicara karena aku bukan orang Yahudi.

Lihat Juga :
AS Waswas Israel Mulai Gencar Serang Lebanon

Kemudian mereka datang kepada para anggota serikat buruh, dan aku tidak berbicara karena aku bukan anggota serikat buruh.

Kemudian mereka datang untuk orang-orang Katolik, dan saya tidak berbicara karena saya seorang Protestan.

Kemudian mereka datang mencari saya. Pada saat itu, tidak ada seorang pun yang berbicara.

Saya pikir ini menunjukkan sentimen di antara banyak negara di dunia. Lihatlah apa yang dilakukan China terhadap Taiwan, dan sekarang apa yang mereka lakukan terhadap Filipina.

Jadi, jika Taiwan kalah dari China, maka Filipina juga kalah dari China. Saya rasa Indonesia tidak akan sejauh itu.

Jadi saya ingin mengingatkan teman-teman Indonesia agar negara-negara demokrasi bekerja sama.
Ini sangat penting bagi kita untuk bertahan.

[Gambas:Photo CNN]

7. Bagaimana Taiwan dan Indonesia dapat meningkatkan hubungan tanpa membangun hubungan diplomatik?

Kita bisa melakukannya seperti yang kami lakukan dengan Amerika Serikat, Kanada, atau negara-negara Eropa lainnya.

Berdasarkan hubungan perdagangan dan ekonomi kita yang sangat baik, kita harus memikirkan cara-cara lain.

Misalnya, kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita harus mengizinkan LSM atau bahkan pejabat pemerintah di antara kedua belah pihak untuk menyusun paket kerja sama.

Kerja sama pendidikan juga sangat penting, dan kita harus mengizinkan para pejabat pendidikan di antara kedua belah pihak untuk membuat Nota Kesepahaman untuk mendukung pendidikan satu sama lain.

Jika Anda berpikir bahwa ekonomi atau kerja sama ekonomi antara Taiwan dan Indonesia sangat penting, kita harus mengizinkan pejabat senior di antara kedua negara untuk membuat perjanjian kerja sama ekonomi satu sama lain.

Ada banyak hal yang bisa kita pikirkan, dan percayalah, pemerintah Taiwan selalu terbuka.

[Gambas:Video CNN]