Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia mencatatkan deflasi 4 bulan beruntun setelah pada Agustus 2024 Indeks harga konsumen (IHK) turun menjadi 106,06 atau terjadi deflasi 0,03%.

Kondisi deflasi yang disebut sebagai cerminan tekanan daya beli diamini oleh Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja. Dimana pusat belanja dan industri ritel telah merasakan dampak penurunan daya beli yang berimbas pada anjloknya tren belanja.

Selain itu kontraksi PMI Manufaktur yang terjadi selama 2 bulan sejak Juli-Agustus 2024 ini juga disebut Alphonzus sebagai cerminan perlambatan permintaan di masyarakat. Jika hal ini terus terjadi maka APPBI khawatir target lonjakan bisnis double digit tidak akan terwujud namun masih ada pertumbuhan.

Pelaku usaha berharap pemerintah dapat mendorong kebijakan yang bisa meningkatkan daya beli dan menunda implementasi kebijakan yang bisa menekan belanja seperti PPN 12% di 2025.

Seperti apa kodnisi tekanan daya beli yang berdampak ke sektor ritel? Selengkapnya simak dialog Anneke Wijaya dengan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja dengan Direktur Eksekutif INDEF, Ester Sri Astuti dalam Profit, CNBC Indonesia (Rabu, 04/09/2024)